PELAYANAN DASAR UMUM MENGENAI KESEHATAN “Perbandingan Kabupaten Agam dan Kabupaten Lima Puluh Kota”
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam
pembangunan ekonomi suatu daerah dibutuhkan beberapa syarat yang harus dipenuhi
untuk mewujudkannya, salah satunya adalah dengan pembentukan modal manusia yang
produktif. Pembentukan modal manusia adalah proses memperoleh dan meningkatkan
jumlah orang yang mempunyai keahlian, pendidikan dan pengalaman yang menentukan
bagi pembangunan ekonomi dan pilitik suatu negara (Jhingan, 2012). Menurut
Schultz, ada lima cara pengembangan sumber daya manusia dimana salah satunya
adalah melalui fasilitas dan pelayanan kesehatan, yang pada umumnya diartikan
mencakup semua pengeluaran yang mempengaruhi harapan hidup, kekuatan dan
stamina, tenaga serta vitalitas rakyat.
Pembangunan
kesehatan adalah bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional yang
bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Kesehatan
memiliki peran ganda dalam pembangunan nasional, oleh karena disatu sisi
kesehatan merupakan tujuan dari pembangunan, sedang disisi lain kesehatan
merupakan modal dasar dalam pembangunan nasional (Depkes, 2006).
Pembangunan
kesehatan merupakan salah satu indikator pembangunan manusia. Menurut UNDP
(1990), pembangunan manusia adalah suatu proses perluasan pilihan bagi penduduk
untuk membangun hidupnya yang dianggap berharga. Beberapa hal esensial dalam
pembangunan manusia adalah agar dapat merasakan kehidupan yang panjang dan
sehat, berpengetahuan dan mempunyai aksses terhadap sumber-sumber yang
diperlukan untuk hidup layak. Pada tahun 1990, UNDP memperkenalkan suatu
indikator yang telah dikembangkannya, yaitu suatu indikator yang dapat
menggambarkan perkembangan pembangunan manusia secara terukur dan representatif
yang dinamakan Human Development Index (HDI)
atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Teori pembentukan IPM diukur dengan 3
dimensi, salah satunya yaitu (UNDP-2004)
: Berumur panjang dan sehat di tunjukkan oleh harapan hidup ketika lahir, yang
dirumuskan menjadi Angka Harapan Hidup.
Dalam
pencapaian tujuan ini, yakni pembangunan modal manusia yang berkualitas maka
perlu dibiayai melalui pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah (government expenditure) adalah bagian
dari kebijakan fiskal (Sukirno, 2000) yakni suatu tindakan pemerintah untuk
mengatur jalannya perekonomian dengan cara menentukan besarnya penerimaan dan
pengeluaran pemerintah tiap tahunnya yang tercermin dalam dokumen APBN untuk
nasional dan APBD untuk daerah/regional. Tujuan dari kebijakan fiskal ini
adalah dalam rangka menstabilkan harga, tingkat output maupun kesempatan kerja
dan memacu pertumbuhan ekonomi. Secara teoritis efek pengeluaran pemerintah
dapat memperluas pilihan manusia, artinya semakin besar belanja daerah akan
memberi peluang yang lebih luas untuk meningkatkan IPM yang termasuk didalamnya
pembangunan kesehatan.
BAB II
PERKEMBANGAN DAN PERMASALAHAN
2.1.
GAMBARAN
UMUM DAERAH
Kabupaten
Agam dan Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan dua daerah yang berada di Sumatera
Barat. Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan kabupaten paling timur di Provinsi
Sumatera Barat. Kedua daerah ini memiliki jumlah penduduk yang tidak jauh
berbeda. Berikut ini merupakan jumlah penduduk di Kabupaten Agam dan Kabupaten
Lima Puluh Kota tahun 2010 hingga 2015 yakni :
Tabel 2.1.
Jumlah Penduduk Kabupaten Agam Dan
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2010-2014
No
|
Tahun
|
Kabupaten Agam
|
Pertumbuhan (%)
|
Kabupaten Lima Puluh Kota
|
Pertumbuhan (%)
|
1
|
2010
|
455,484
|
0.94
|
348,555
|
0.5
|
2
|
2011
|
459,115
|
0.80
|
354,661
|
1.75
|
3
|
2012
|
463,719
|
1.00
|
359,859
|
1.47
|
4
|
2013
|
466,978
|
0.70
|
361,597
|
0.48
|
5
|
2014
|
472,995
|
1.29
|
365,389
|
1.05
|
Rata-rata
|
463,658
|
0.95
|
358,012
|
1.05
|
Sumber : Agam dan Lima Puluh Kota Dalam Angka Tahun 2015
Berdasarkan
tabel diatas terlihat bahwa jumlah penduduk Kabupaten Agam dan Lima Puluh Kota
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun laju pertumbuhan penduduk di
Kabupaten Lima Puluh Kota lebih tinggi dibandingkan Kabupaten Agam. Pertumbuhan
penduduk paling tinggi di Kabupaten Agam terjadi pada tahun 2014 yakni sebesar
1.29% sedangkan di Kabupaten Lima Puluh Kota pertumbuhan tertinggi terjadi pada
tahun 2011 yakni sebesar 1.75%.
Dalam
proses pembangunan, penduduk mempunyai peranan yang sangat penting dan selalu
mendapat perhatian, karena penduduk merupakan modal dasar pembangunan. Namun
disamping itu juga dapat menimbulkan masalah yang dapat menghambat pembangunan.
Oleh karena itu pemerintah tidak saja menyerahkan pada upaya pengendalian
penduduk tetapi juga pada upaya peningkatan sumber daya manusia. Salah satu
upaya yang harus dilakukan yakni dengan meningkatkan pembangunan kesehatan.
Karena dengan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat maka produktifitasnya
juga akan meningkat.
2.2.
PERKEMBANGAN
Pembangunan
bidang kesehatan yang ditujukan untuk membangun manusia yang berkualitas
dilaksanakan melalui pemerataan dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.
Pembangunan kesehatan tersebut cenderung mengalami perubahan dan perkembangan
yang dinamis. Ada empat indikator yang dijadikan dalam mengukur pencapaian
pembangunan kesehatan tersebut, yakni angka harapan hidup, angka kematian ibu
melahirkan, angka kematian bayi dan angka bayi kurang gizi. Berikut ini
merupakan perkembangan keempat indikator tersebut, yakni :
- Angka Harapan
Hidup
Angka
harapan hidup adalah angka yang menunjukkan perkiraan jumlah tahun hidup dari
individu yang berdiam disuatu wilayah yang dihitung sejak ia dilahirkan.
Berikut merupakan angka harapan hidup di Kabupaten Agam dan Lima Puluh Kota :
Tabel 2.2.
Angka Harapan Hidup Di Kabupaten
Agam
Dan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun
2010-2014
No
|
Tahun
|
Kabupaten Agam
|
Kabupaten Lima Puluh Kota
|
||
AHH
|
Pertumbuhan (%)
|
AHH
|
Pertumbuhan (%)
|
||
1
|
2010
|
69.04
|
0.28
|
68.14
|
0.62
|
2
|
2011
|
69.23
|
0.28
|
68.41
|
0.40
|
3
|
2012
|
69.43
|
0.29
|
68.7
|
0.42
|
4
|
2013
|
69.43
|
0.00
|
68.97
|
0.39
|
5
|
2014
|
70.78
|
1.94
|
69.24
|
0.39
|
Rata-rata
|
69.58
|
0.56
|
68.69
|
0.44
|
Sumber : Agam dan Lima
Puluh Kota Dalam Angka Tahun 2015
Tabel
diatas menjelaskan tentang angka harapan hidup di Kabupaten Agam dan Kabupaten
Lima Puluh Kota pada periode tahun 2010 hingga 2014. Selama periode tersebut
angka harapan hidup di Kabupaten Agam selalu mengalami penigkatan, dimana angka
paling rendah pada tahun 2010 yakni 69.04 tahun sedangkan yang paling tinggi
pada tahun 2014 yaitu 70.78 tahun dengan rata-rata adalah 69.58 tahun. Jika
dibandingkan dengan rata-rata, dapat dilihat bahwa sebelum tahun 2014 angka
harapan hidup di Kabupaten Agam ini berada dibawah rata-rata namun pada tahun
2014 angka harapan hidupnya meningkat hingga 70.778 tahun. Artinya angka
harapan hidup di kabupaten ini setiap tahun menunjukkan angka yang makin membaik
dengan rata-rata sebesar 0.56% tiap tahunnya.
Sama
halnya dengan Kabupaten Agam, bahwa angka harapan hidup di Kabupaten Lima Puluh
Kota selama periode ini mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun secara
rata-rata angkanya lebih kecil dibandingkan Kabupaten Agam yakni 68.69 tahun.
Jika dibandingkan dengan angka rata-rata maka dapat dilihat bahwa dari tahun
2013 hingga 2014 angka harapan hidup di kabupaten ini berada diatas rata-rata.
Artinya angka harapan hidup di Kabupaten Lima Puluh Kota selalu membaik dengan
rata-rata pertumbuhannya adalah sebesar 0.44% setiap tahunnya.
- Angka Kematian Ibu
Melahirkan
Berikut
ini adalah angka kematian ibu melahirkan di Kabupaten Agam dan Lima Puluh Kota
periode tahun 2010 hingga 2014, yakni :
Tabel 2.3.
Angka Kematian Ibu Melahirkan di Kabupaten
Agam dan
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2010-2014
No
|
Tahun
|
Kabupaten Agam
|
Kabupaten Lima Puluh Kota
|
||
Jumlah (orang)
|
Pertumbuhan (%)
|
Jumlah (orang)
|
Pertumbuhan (%)
|
||
1
|
2010
|
9
|
-25.00
|
7
|
40.00
|
2
|
2011
|
9
|
0.00
|
10
|
42.86
|
3
|
2012
|
8
|
-11.11
|
5
|
-50.00
|
4
|
2013
|
6
|
-25.00
|
3
|
-40.00
|
5
|
2014
|
13
|
116.67
|
8
|
166.67
|
Rata-rata
|
9
|
11.11
|
7
|
31.90
|
Sumber
: Agam dan Lima Puluh Kota Dalam Angka Tahun 2015
Tabel
diatas menjelaskan tentang perkembangan
angka kematian ibu melahirkan di Kabupaten Agam dan Kabupaten Lima Puluh Kota
selama periode tahun 2010 hingga 2014. Selama periode tersebut jumlah kasus
kematian ibu melahirkan yang paling rendah di Kabupaten Agam terjadi pada tahun
2013 yakni sebanyak 6 orang, sedangkan yang paling tinggi justru pada tahun
berikutnya yakni pada tahun 2014 sebanyak 13 orang, dengan rata-ratanya adalah
sebanyak 9 orang. Jika dibandingkan dengan rata-rata, maka terlihat bahwa
sebelum tahun 2014 jumlahnya cenderung dibawah rata-rata. Namun pada tahun 2014
jumlahnya meningkat dengan sangat cepat bahkan dengan pertumbuhan lebih dari
100 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat permasalahan yang serius
dalam penanganan jumlah kematian ibu melahirkan di kabupaten ini.
Sedangkan
pada Kabupaten Lima Puluh Kota jumlah kematian ibu melahirkan yang paling
rendah selama periode 2010 hingga 2014 yakni pada tahun 2013 hanya sebanyak 3
orang sedangkan yang paling tinggi terjadi pada tahun 2011 yakni sebanyak 10
orang dengan rata-ratanya adalah sebanyak 7 orang. Jika dibandingkan dengan
jumlah rata-rata, maka pada tahun 2011 dan 2014 jumlah kasus kematian ibu
melahirkan diatas rata-rata. Hal ini menggambarkan bahwa adanya masalah yang
cukup serius yang dihadapai oleh pemerintah kususnya dalam urusan kesehatan di
kabupaten ini.
- Angka Kematian
Bayi
Angka
kematian bayi adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian bayi berusia
dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Berikut
ini merupakan angka kematian bayi di Kabupaten Agam dan Kabupaten Lima Puluh
Kota, yakni :
Tabel 2.4.
Angka Kematian bayi di Kabupaten Agam dan
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2010-2014
No
|
Tahun
|
Kabupaten Agam
|
Kabupaten Lima Puluh Kota
|
||
Jumlah (orang)
|
Pertumbuhan (%)
|
Jumlah (orang)
|
Pertumbuhan (%)
|
||
1
|
2010
|
84
|
1.20
|
71
|
-1.39
|
2
|
2011
|
63
|
-25.00
|
92
|
29.58
|
3
|
2012
|
72
|
14.29
|
92
|
0.00
|
4
|
2013
|
63
|
-12.50
|
96
|
4.35
|
5
|
2014
|
48
|
-23.81
|
82
|
-14.58
|
Rata-rata
|
66
|
-9.16
|
87
|
3.59
|
Sumber : Agam dan Lima Puluh Kota Dalam Angka Tahun 2015
Tabel
diatas menjelaskan jumlah kematian bayi di Kabupaten Agam dan Kabupaten Lima
Puluh Kota selama periode tahun 2010 hingga 2014. Jumlah kematian bayi paling
rendah di Kabupaten Agam terjadi pada tahun 2014 yakni sebanyak 48 bayi,
sedangkan yang paling tinggi terjadi pada tahun 2010 sebanyak 84 bayi, dengan
rata-ratanya adalah sebanyak 66 bayi selama periode ini. Jika dibandingkan
dengan jumlah rata-rata maka jumlah kematian bayi yang berada diatas angka ini
terjadi pada tahun 2010 dan 2012 dimana pada tahun tersebut terjadi 84 dan 72
kasus kematian bayi. Penurunan jumlah kematian bayi yang cukup signifikan pada
tahun 2014 ini menunjukkan salah satu keberhasilan pemerintah Kabupaten Agam
dalam mengalokasikan dan menggunakan anggaran yang telah ditetapkan sesuai
dengan kebutuhan khususnya dalam hal
mengatasi, meminimumkan dan mencegah terjadinya kematian bayi yang semakin
meningkat. Hal ini dapat dilakukan melalui pelaksanaan program-program yang dapat
meningkatkan kesehatan bayi seperti peningkatan jumlah posyandu, tenaga
kesehatan, pelaksanaan imunisasi dan sebagainya.
Sedangkan
di Kabupaten Lima Puluh Kota jumlah kematian bayi paling rendah terjadi pada
tahun 2010 yakni sebanyak 71 bayi dan yang paling tinggi terjadi pada tahun 2013 yakni sebanyak 96 bayi dengan
rata-rata sebanyak 87 bayi. Jika dibandingkan dengan rata-rata terlihat bahwa
dari tahun 2011 hingga 2013 jumlah kematian bayi berada diatas rata-rata, namun
pada tahun 2014 jumlahnya menurun sehingga hanya terjadi 82 kasus kematian
bayi. Hal ini juga menunjukkan komitmen pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota
dalam menangani masalah tingginya angka kematian bayi di daerah ini.
- Angka Bayi Kurang
Gizi
Berikut
merupaka angka bayi kurang gizi di Kabupaten Agam dan Lima Puluh Kota periode
tahun 2010 hingga 2014, yakni :
Tabel 2.5.
Angka Bayi Kurang Gizi di Kabupaten Agam
dan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2010-2014
No
|
Tahun
|
Kabupaten Agam
|
Kabupaten Lima Puluh Kota
|
||
Jumlah (%)
|
Pertumbuhan (%)
|
Jumlah (%)
|
Pertumbuhan (%)
|
||
1
|
2010
|
2.15
|
7.50
|
1.99
|
-0.50
|
2
|
2011
|
1.32
|
-38.60
|
1.92
|
-3.52
|
3
|
2012
|
2.21
|
67.42
|
1.85
|
-3.65
|
4
|
2013
|
0.70
|
-68.33
|
1.78
|
-3.78
|
5
|
2014
|
0.32
|
-54.29
|
1.71
|
-3.93
|
Rata-rata
|
1.34
|
-17.26
|
1.85
|
-3.08
|
Sumber : Agam dan Lima
Puluh Kota Dalam Angka Tahun 2015
Tabel
diatas menjelaskan tentang persentase jumlah bayi yang mengalami kekurangan
gizi di Kabupaten Agam dan Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2010 hingga
2014. Persentase jumlah bayi kurang gizi di Kabupaten Agam yang paling rendah
terjadi pada tahun 2014 yakni hanya sebesar 0.32 persen sedangkan yang paling
tinggi tahun 2012 sebesar 2.21 persen dengan rata-rata selama periode ini
adalah sebesar 1.34 persen. Jika dibandingkan dengan rata-rata maka persentase
jumlah bayi kurang gizi tahun 2011, 2013 dan 2014 adalah lebih baik karena
persentasenya lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2010 dan 2012. Kecenderungan
terjadinya penurunan jumlah bayi kurang gizi ini mengindikasikan keberhasilan
pemerintah Kabupaten Agam dalam mengalokasikan dan menggunakan anggaran yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan
pada Kabupaten Lima Puluh Kota persentase jumlah bayi kurang gizi setiap
tahunnya selama periode tersebut cenderung mengalami penurunan. Persentase
jumlah bayi yang kurang gizi paling rendah terjadi pada tahun 2014 sebesar 1.71
persen sedangkan yang paling tinggi yakni pada tahun 2010 sebesar 1.99 persen dengan
rata-rata sebesar 1.85 persen. Jadi jika dibandingkan dengan nilai rata-rata,
setelah tahun 2012 pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota telah berhasil
menurunkan angka bayi kurang gizi di daerah ini menjadi lebih rendah
dibandingkan rata-rata.
2.3.
PERMASALAHAN
Menurut
pratowo (2010), belanja daerah berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan
Manusia (IPM). Artinya semakin banyak atau semakin meningkat belanja daerah yang
dikeluarkan oleh pemerintah, maka pembangunan kesehatan daerah tersebut juga
semakin meningkat. Namun, hal ini tidak ditemukan dalam perencanaan pembangunan
kesehatan di Kabupaten Agam dan Kabupaten Lima Puluh Kota, karena belanja
pemerintah semakin meningkat setiap tahunnya namun indikator pembangunan
kesehatan tidak mengalami peningkatan bahkan mengalami penurunan. Berikut ini
merupakan total belanja daerah untuk urusan kesehatan yang dicantumkan didalam
APBD masing-masing kabupaten, yakni :
Tabel 2.6.
Perbandingan APBD Kabupaten Agam dan
Kabupaten Lima Puluh Kota
Bidang Kesehatan Tahun 2010-2014
(dalam jutaan)
No
|
Tahun
|
Kabupaten Agam
|
Kabupaten Lima Puluh Kota
|
1
|
2010
|
Rp54,379
|
Rp40,104
|
2
|
2011
|
Rp65,767
|
Rp49,011
|
3
|
2012
|
Rp77,155
|
Rp57,919
|
4
|
2013
|
Rp95,198
|
Rp70,129
|
5
|
2014
|
Rp113,242
|
Rp82,339
|
Rata-rata
|
Rp81,148
|
Rp59,900
|
Sumber : DJPK Kemenkeu RI
Tabel
diatas menjelaskan tentang perbandingan total realisasi belanja Kabupaten Agam
dan Kabupaten Lima Puluh Kota kususnya dibidang kesehatan. Dapat dilihat bahwa
total belanja bidang kesehatan untuk kedua kabupaten selalu mengalami peningkatan
tiap tahunnya. Rata-rata belanja untuk urusan bidang kesehatan di Kabupaten
Agam lebih besar dibandingkan dengan Kabupaten Lima Puluh Kota, dimana
masing-masingnya adalah sebesarnya 81
milyar rupiah dan 59 milyar rupiah.
Di
Kabupaten Agam belanja daerah untuk urusan kesehatan mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Hal ini seharusnya juga akan meningkatkan kualitas pelayanan
dasar dibidang kesehatan, namun belum tercapai khususnya dalam menurunkan
jumlah angka kematian ibu melahirkan. Berdasarkan data yang diperoleh,
diketahui bahwa pada tahun 2014 jumlah kasus kematian ibu melahirkan meningkat
lebih dari 100%. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi misallocation budget atau pengalokasian anggaran yang salah pada
dinas terkait di kabupaten ini. Misalnya peningkatan anggaran yang seharusnya
digunakan untuk mengurangi kematian ibu melahirkan namun dialokasikan untuk
penyuluhan keluarga berencana, dan lain sebagainya. Artinya, walaupun anggaran
telah ditingkatkan bukan berarti akan meningkatkan kualitas indikator kesehatan
di suatu daerah karena adanya kemungkinan misallocation
budget oleh dinas-dinas terkait.
Sebagaimana
halnya dengan Kabupaten Agam, belanja
daerah Kabupaten Lima Puluh Kota juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dan
permasalahan yang sama juga terjadi di Kabupaten Lima Puluh Kota, yakni adanya misallocation budget kususnya pada upaya
untuk mengurangi angka kematian ibu melahirkan. Berdasarkan data yang diperoleh
terlihat bahwa pada tahun 2014 kasus kematian ibu melahirkan meningkat bahkan
lebih dari 100%. Hal ini jelas menggambarkan masih kurangnya komitmen kedua
pemerintah daerah ini dalam mengurangi jumlah kematian ibu melahirkan baik
dalam hal pengadaan fasilitas, sarana dan prasarana maupun menempatkan dokter
yang kompeten dibidang tersebut.
BAB III
ANALISIS PERBANDINGAN
1.
Angka
Harapan Hidup
Angka
harapan hidup pada dua kabupaten ini selalu mengalami peningkatan setiap
tahunnya. namun jika dilihat dari rata-rata selama periode lima tahun yakni
dari tahun 2010 hingga tahun 2014 angka harapan hidup di Kabupaten Agam lebih
tinggi dibandingkan Kabupaten Lima Puluh Kota. Berdasarkan data yang diperoleh
dapat dilihat bahwa rata-rata angka harapan hidup di Kabupaten Agam adalah
69.58 tahun sedangkan Kabupaten Lima Puluh Kota adalah 68.69 tahun. Hal ini
menggambarkan bahwa kinerja pemerintah Kabupaten Agam dalam meningkatkan angka
harapan hidup didaerahnya lebih baik dibandingkan Kabupaten Lima Puluh Kota.
2.
Angka
Kematian Ibu Melahirkan
Pada
tahun 2010, jumlah kematian ibu melahirkan di Kabupaten Agam adalah sebanyak 9
orang sedangkan di Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun yang sama hanya
sebanyak 7 orang. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun ini kinerja pemerintah
Kabupaten Lima Puluh Kota lebih baik dibandingkan dengan Kabupaten Agam dalam
mengalokasikan dan menggunakan anggaran khususnya untuk mengatasi masalah
tingginya tingkat kematian ibu melahirkan didaerah ini.
Pada
tahun 2011, jumlah kematian ibu melahirkan di Kabupaten Agam tidak mengalami
perubahan, namun berbeda dengan yang terjadi di Kabupaten Lima Puluh Kota yang
mengalami peningkatan sebesar 42.86 persen yakni sebanyak 10 orang. Hal ini
mungkin saja terjadi karena salahnya penggunaan alokasi dana oleh pemerintah
mengingat bahwa pada tahun sebelumnya jumlah kasus kematian ibu melahirkan yang
lebih kecil.
Pada
tahun 2012 dan 2013 kinerja pemerintah pada kedua daerah ini dalam mengurangi
angka kematian ibu melahirkan terlihat semakin membaik. Hal ini dibuktikan
dengan menurunnya jumlah kasus kematian ibu melahirkan secara berturut-turut
selama dua tahun tersebut.
Namun
jika dilihat secara rata-rata selama periode tersebut, jumlah kasus kematian
ibu melahirkan di Kabupaten Agam lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten
Lima Puluh Kota. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kasus yang terjadi di
Kabupaten Agam sebanyak 9 orang sedangkan di Kabupaten Lima Puluh Kota sebanyak
7 orang. Artinya secara rata-rata kinerja pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota
dalam menganggarkan atau mengalokasikan dana/anggaran dan menggunakan anggaran
tersebut khususnya untuk menuntaskan permasalahan kematian ibu melahirkan lebih
baik dibandingkan Kabupaten Agam.
3.
Angka
Kematian Bayi
Pada
tahun 2010, jumlah kematian bayi di Kabupaten Agam adalah sebanyak 84 bayi
sedangkan di Kabupaten Lima Puluh Kota terdapat sebanyak 71 bayi. Hal ini
menunjukkan bahwa pada tahun ini Kabupaten Lima Puluh Kota lebih serius dalam
mengalokasikan anggaran dan menggunakan anggaran tersebut untuk mengurangi
angka kematian bayi dibandingkan dengan Kabupaten Agam.
Sedangkan
pada tahun 2011, jumlah kematian bayi di Kabupaten Agam menurun hingga sebanyak
63 bayi atau turun sebesar 25 persen. Sedangkan di Kabupaten Lima Puluh Kota
justru mengalami peningkatan hingga sebanyak 92 bayi atau meningkatkan sebesar
29.58 persen. Peningkatannya lebih besar dibandingkan dengan penurunan yang
terjadi di Kabupaten Agam, sehingga hal ini berarti pada tahun 2011 kinerja
pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota dalam menggunakan anggaran jauh lebih
buruk dibandingkan Kabupaten Agam.
Pada
tahun 2012, kembali terjadi peningkatan di Kabupaten Agam hingga mencapai 72
kasus kematian bayi, sedangkan di Kabupaten Lima Puluh Kota tidak mengalami
perubahan yakni tetap sebanyak 92 kasus kematian bayi. Dan pada tahun 2013 turun
menjadi 63 kasus kematian bayi di Kabupaten Agam dan meningkat menjadi 96 kasus
kematian bayi di Kabupaten Lima Puluh Kota.
Pada
tahun 2014, kedua daerah ini mengalami penurunan jumlah kematian bayi, dimana
di Kabupaten Agam turun hingga sebanyak 48 kasus kematian bayi atau turun
sebesar 23.81 persen. Sedangkan di Kabupaten Lima Puluh Kota turun hingga
sebanyak 82 bayi atau turun sebesar 14.58 persen. Hal ini dapat terjadi karena
komitmen pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat
melalui penigkatan jumlah anggaran dan ketepatan dalam penggunaan anggaran.
4.
Angka
Bayi Kurang Gizi
Pada
tahun 2010, angka bayi kurang gizi di Kabupaten Agam adalah sebesar 2.15 %
sedangkan pada tahun yang sama di Kabupaten Lima Puluh Kota hanya sebesar
1.99%. hal ini menunjukkan keberhasilan pemerintah Lima Puluh Kota dalam
mengurangi jumlah bayi kurang gizi. Namun pada tahun 2011 jumlah bayi kurang
gizi Kabupaten Agam mengalami penurunan bahkan lebih kecil yakni 1.32% dibanding
Kabupaten Lima Puluh Kota yakni sebesar 1.92%.
Pada
tahun 2012 jumlah kasus bayi kurang gizi di Agam justru semakin memburuk yakni
mencapai 2.21% sedangkan di Lima Puluh Kota hanya 1.85%. Namun hal ini tidak
terjadi lagi pada tahun berikutnya karena angka bayi kuran gizi di Agam telah
mengalami penurunan yang cukup signifikan hingga mencapai angka 0.32% pada
tahun 2014 sedangkan Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun yang sama adalah
sebesar 1.71%. Namun jika dibandingkan secara rata-rata, maka terlihat bahwa
angka bayi kurang gizi di Kabupaten Agam lebih rendah dibandingkan dengan
Kabupaten Lima Puluh Kota.
Berdasarkan
uraian diatas, secara keseluruhan dapat dijelaskan bahwa pelayanan dasar umum
mengenai kesehatan di Kabupaten Agam lebih baik dibandingkan dengan Kabupaten Lima
Puluh Kota. Hal ini tentunya disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yakni
:
1.
Faktor
Input
Faktor
input adalah faktor pendorong yang berasal dari dalam daerah itu sendiri,
diantaranya yakni :
a.
Jumlah
Anggaran
Berdasarkan
data yang diperoleh diketahui bahwa alokasi anggaran belanja daerah Kabupaten Agam
lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Lima Puluh Kota, dimana selama
periode tahun 2010 hingga 2014 rata-rata belanja daerah Kabupaten Agam adalah
sebesar 81 milyar rupiah, sedangkan Kabupaten Lima Puluh Kota hanya sebesar 59
milyar rupiah. Menurut Pratowo (2010) jumlah anggaran belanja daerah
berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah. Hal ini menyebabkan pencapaian
pembangunan kesehatan di Agam lebih baik dibandingkan Lima Puluh Kota.
b.
Kualitas
SDM
Berikut
adalah perbandingan jumlah tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter umum dan
dokteer gigi pada Kabupaten Agam dan Kabupaten Lima Puluh Kota yakni :
Tabel 3.2.
Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Agam dan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun
2010-2014
No
|
Tahun
|
Kabupaten Agam
|
Kabupaten Lima Puluh Kota
|
||
Dokter Umum
|
Dokter Gigi
|
Dokter Umum
|
Dokter Gigi
|
||
1
|
2010
|
52
|
23
|
27
|
21
|
2
|
2011
|
49
|
22
|
30
|
23
|
3
|
2012
|
32
|
23
|
26
|
23
|
4
|
2013
|
28
|
20
|
23
|
20
|
5
|
2014
|
27
|
19
|
25
|
25
|
Rata-rata
|
38
|
21
|
26
|
22
|
Sumber : Agam dan Lima Puluh Kota Dalam Angka Tahun 2015
Berdasarkan
tabel diatas dapat dilihat bahwa secara rata-rata jumlah tenaga kesehatan di
Kabupaten Agam lebih banyak dibandingkan Kabupaten Lima Puluh Kota, sehingga
pelayanan kepada masyarakat lebih optimal. Walupun jumlah tenaga dokter gigi
lebih banyak namun pengaruhnya tidak begitu besar. Oleh sebab itu pencapaian
pembangunan kesehatan di Agam lebih baik dibanding Lima Puluh Kota.
c.
Sarana
dan Prasarana
Berikut
adalah jumlah sarana dan prasarana kesehatan yang terdapat di Kabupaten Agam
dan Lima Puluh Kota yang terdiri dari jumlah puskesmas dan puskesmas pembantu
(pustu), yakni :
Tabel 3.1.
Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Agam
dan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2010-2014
No
|
Tahun
|
Kabupaten Agam
|
Kabupaten Lima Puluh Kota
|
||
Puskesmas
|
Pustu
|
Puskesmas
|
Pustu
|
||
1
|
2010
|
22
|
124
|
21
|
84
|
2
|
2011
|
22
|
118
|
22
|
89
|
3
|
2012
|
22
|
120
|
22
|
87
|
4
|
2013
|
22
|
122
|
22
|
88
|
5
|
2014
|
23
|
127
|
22
|
88
|
Rata-rata
|
22
|
122
|
22
|
87
|
Sumber : Agam dan Lima Puluh Kota Dalam Angka Tahun 2015
Berdasarkan
tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah sarana kesehatan di Kabupaten Agam
lebih banyak dibandingkan Kabupaten Lima Puluh Kota baik jumlah puskesmas
maupun puskesmas pembantu. Jumlah puskesmas pembantu di Agam jauh lebih banyak
mencapai 122 unit, sehingga dapat memudahkan masyarakat dalam mengakses
fasilitas pengobatan dan masyarakat dapat terlayani dengan baik. Hal inilah
salah satu yang menyebabkan pencapaian kinerja pemerintah Agam dalam urusan
kesehatan lebih baik dibanding Kabupaten Lima Puluh Kota.
2.
Faktor
Output
Faktor
output adalah faktor-faktor pendorong yang berasal dari luar instansi terkait,
diantaranya adalah komitmen pemerintah dalam mencapai pembangunan kesehatan
yang lebih baik untuk daerahnya baik melalui kebiijakan-kebijakan yang
dijalankan, maupun melalui regulasi/peraturan yang dapat meningkatkan kualitas
pelayanan dasar mengenai kesehatan di daerah tersebut. Selain itu, kesadaran
masyarakat akan pentingnya kesehatan juga sangat mendukung setiap program dan
kebijakan pemerintah. Karena apabila keseharan masyarakat rendah, maka setiap
kebijakan dan program yang ditetapkan oleh pemerintah hanya akan sia-sia.
BAB IV
ANALISIS PROYEKSI
Pembangunan kesehatan selalu
mengalami perubahan yang dinamis seiring dengan berjalannya waktu. Salah satu
cara yang dapat dilakukan untuk menentukan bagaimana perubahan itu terjadi dan
bagaimana keadaaan tersebut pada masa yang akan datang dapat dilakukan dengan
analisis tren. Analisis tren adalah suatu gerakan kecenderungan naik atu turun
dalam jangka panjang yang diperoleh dari rata-rata perubahan dari waktu ke
waktu dan nilainya cukup rata atau mulus (smooth).
Untuk melakukan peramalan dengan analisis tren terdapat beberapa cara, salah
satunya yakni dengan metode kuadrat terkecil (least square method). Dengan menggunakan metode tersebut maka
indikator-indikator pelayanan dasar kesehatan dapat diproyeksikan sebagai
berikut :
1.
Angka
Harapan Hidup
Tabel 4.1.
Proyeksi Angka Harapan Hidup di Kabupaten
Agam dan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2015-2019
No
|
Tahun
|
Kabupaten Agam
|
Kabupaten Lima Puluh Kota
|
||
AHH
|
Pertumbuhan (%)
|
AHH
|
Pertumbuhan (%)
|
||
1
|
2015
|
70.68
|
-0.14
|
69.52
|
0.40
|
2
|
2016
|
71.05
|
0.52
|
69.79
|
0.39
|
3
|
2017
|
71.42
|
0.52
|
70.07
|
0.40
|
4
|
2018
|
71.79
|
0.52
|
70.35
|
0.40
|
5
|
2019
|
72.16
|
0.52
|
70.62
|
0.38
|
Rata-rata
|
71.42
|
0.39
|
70.07
|
0.40
|
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan
data 5 tahun sebelumnya maka diproyeksikan bahwa angka harapan hidup pada dua
kabupaten ini mengalami peningkatan setiap tahunnya. hal ini disebabkan selama
periode tahun 2010 hingga 2014 angka harapan hidup juga mengalami peningkatan.
2.
Angka
Kematian Ibu Melahirkan
Tabel 4.2.
Proyeksi Angka Kematian Ibu Melahirkan di
Kabupaten Agam dan
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2015-2019
No
|
Tahun
|
Kabupaten Agam
|
Kabupaten Lima Puluh Kota
|
||
Jumlah (orang)
|
Pertumbuhan (%)
|
Jumlah (orang)
|
Pertumbuhan (%)
|
||
1
|
2015
|
11
|
-15.38
|
5
|
-37.50
|
2
|
2016
|
11
|
0.00
|
5
|
0.00
|
3
|
2017
|
12
|
9.09
|
4
|
-20.00
|
4
|
2018
|
12
|
0.00
|
4
|
0.00
|
5
|
2019
|
13
|
8.33
|
3
|
-25.00
|
Rata-rata
|
12
|
0.41
|
7
|
-16.50
|
Sumber : Data Diolah
Angka kematian ibu melahirkan
diproyeksikan akan meningkat untuk periode lima tahun yang akan datang di
Kabupaten Agam namun akan menurun di Kabupaten Lima Puluh Kota. Hal ini
disebabkan oleh penurunan jumlah kematian ibu melahirkan yang terjadi di
Kabupaten Lima Puluh Kota selam periode tahun 2010 hingga 2014.
3.
Angka
Kematian Bayi
Tabel 4.3.
Proyeksi Angka Kematian bayi di Kabupaten
Agam dan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2015-2019
No
|
Tahun
|
Kabupaten Agam
|
Kabupaten Lima Puluh Kota
|
||
Jumlah (orang)
|
Pertumbuhan (%)
|
Jumlah (orang)
|
Pertumbuhan (%)
|
||
1
|
2015
|
44
|
-8.33
|
94
|
14.63
|
2
|
2016
|
37
|
-15.91
|
97
|
3.19
|
3
|
2017
|
30
|
-18.92
|
100
|
3.09
|
4
|
2018
|
23
|
-23.33
|
102
|
2.00
|
5
|
2019
|
16
|
-30.43
|
105
|
2.94
|
Rata-rata
|
30
|
-19.39
|
87
|
5.17
|
Sumber : Data Diolah
Angka
kematian bayi diproyeksikan akan mengalami penurunan di Kabupaten Agam untuk
periode lima tahun yang akan datang, namun akan mengalami peningkatan yang
cukup tinggi di Kabupaten Lima Puluh Kota.
4.
Angka
Bayi Kurang Gizi
Tabel 4.4.
Proyeksi Angka Bayi Kurang Gizi di
Kabupaten Agam dan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2015-2019
No
|
Tahun
|
Kabupaten Agam
|
Kabupaten Lima Puluh Kota
|
||
Jumlah (%)
|
Pertumbuhan (%)
|
Jumlah (%)
|
Pertumbuhan (%)
|
||
1
|
2015
|
0.51
|
59.37
|
1.75
|
2.34
|
2
|
2016
|
0.42
|
-17.65
|
1.73
|
-1.14
|
3
|
2017
|
0.46
|
9.52
|
1.74
|
0.58
|
4
|
2018
|
0.44
|
-4.35
|
1.74
|
0.00
|
5
|
2019
|
0.45
|
2.27
|
1.74
|
0.00
|
Rata-rata
|
0.46
|
9.83
|
1.74
|
0.36
|
Sumber : Data Diolah
Angka
bayi kurang gizi diperkirakan akan cukup berfluktuasi pada dua kabupaten. Namun
jika dilihat dari rata-rata maka angka kematian bayi di Kabupaten Agam lebih tinggi dibandingkan Kabupaten Lima
Puluh Kota.
Analisis
proyeksi tidak hanya dilakukan pada indikator-indikator pelayanan dasar
dibidang kesehatan, namun juga pada anggaran belanja daerah kabupaten tersebut.
Berikut ini adalah perkiraan atau proyeksi anggaran belanja daerah Kabupaten
Agam dan Kabupaten Lima Puluh Kota untuk lima tahun kedepan, yakni :
Tabel 5.4.
Proyeksi APBD Kabupaten Agam dan Kabupaten
Lima Puluh Kota Tahun 2010-2014 (dalam jutaan rupiah)
No
|
Tahun
|
Kabupaten Agam
|
Kabupaten Lima Puluh Kota
|
1
|
2010
|
Rp125,295
|
Rp91,576
|
2
|
2011
|
Rp140,011
|
Rp102,135
|
3
|
2012
|
Rp154,726
|
Rp112,694
|
4
|
2013
|
Rp169,442
|
Rp123,252
|
5
|
2014
|
Rp184,158
|
Rp133,811
|
Rata-rata
|
Rp154,726
|
Rp112,694
|
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan
tabel diatas, dapat dilihat bahwa anggaran belanja daerah kedua kabupaten akan mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Namun jika dillihat dari rata-rata maka anggaran
belanja daerah Agam lebih tinggi dibandingkan Lima Puluh Kota.
Selain
itu, untuk meningkatkan pembangunan dibidang kesehatan tentunya juga sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Diantara faktor tersebut adalah tenaga
kesehatan dan sarana kesehatan. Oleh karena itu, indikator-indikator ini harus
diproyeksi atau diperkirakan keadaannya pada masa yang akan akan datang, agar
memudahkan pihak terkait dalam mengambil keputusan dan kebijaksanaan. Berikut
ini merupakan tabel yang menggambarkan perkiraan jumlah tenaga kesehatan di
Kabupaten Agam dan Kabupaten Lima Puluh Kota, yakni :
Tabel 5.5.
Proyeksi Jumlah Tenaga Kesehatan di
Kabupaten Agam dan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2010-2014
No
|
Tahun
|
Kabupaten Agam
|
Kabupaten Lima Puluh Kota
|
||
Dokter Umum
|
Dokter Gigi
|
Dokter Umum
|
Dokter Gigi
|
||
1
|
2015
|
27
|
19
|
22
|
24
|
2
|
2016
|
27
|
19
|
22
|
24
|
3
|
2017
|
27
|
19
|
21
|
25
|
4
|
2018
|
27
|
19
|
20
|
25
|
5
|
2019
|
27
|
19
|
19
|
26
|
Rata-rata
|
27
|
19
|
21
|
25
|
Sumber
: Data Diolah
Berdasakan
tabel diatas jumlah tenaga kesehatan untuk 5 tahun kedepan di Kabupaten Agam
diperkirakan akan tetap yakni dokter umum sebanyak 19 orang begitu juga dengan
jumlah dokter gigi yakni sebanyak 19
orang. Sedangkan di Kabupaten Lima Puluh Kota jumlahnya mengalami penurunan
untuk dokter umum dan sedikit peningkatan pada jumlah dokter gigi.
Selain
itu, jumlah sarana kesehatan juga diperkirakan untuk masa yang akan datang.
Berikut ini merupakan perkiraan jumlah sarana kesehatan di Kabupaten Agam dan
Lima Puluh Kota, yakni :
Tabel 5.6.
Proyeksi Jumlah Sarana Kesehatan di
Kabupaten Agam dan Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2010-2014
No
|
Tahun
|
Kabupaten Agam
|
Kabupaten Lima Puluh Kota
|
||
Puskesmas
|
Pustu
|
Puskesmas
|
Pustu
|
||
1
|
2015
|
23
|
125
|
22
|
89
|
2
|
2016
|
23
|
126
|
23
|
90
|
3
|
2017
|
23
|
127
|
23
|
91
|
4
|
2018
|
23
|
128
|
23
|
91
|
5
|
2019
|
24
|
129
|
23
|
92
|
Rata-rata
|
23
|
127
|
23
|
91
|
Sumber
: Data Diolah
Berdasarkan
tabel diatas diperkirakan jumlah puskesmas di Kabupaten Agam mengalami peningkatan sebanyak 1 unit
pada tahun 2019 begitu juga dengan jumlah puskesmas pembantu (pustu) yang
mengalami peningkatan sebanyak 1 unit tiap tahunnya. Hal yang sama juga terjadi
di Kabupaten Lima Puluh Kota dimana jumlah puskesmas dan pustu diperkirakan
mengalami peningkatan setiap tahunnya.
BAB V
KESIMPULAN
5.1.
Kesimpulan
Pembangunan
kesehatan adalah bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional yang
bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Ada
empat indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian pembangunan kesehatan
melalui pelayanan dasar kesehatan yakni angka harapan hidup, angka kematian ibu
melahirkan, angka kematian bayi dan angka bayi kurang gizi.
Secara
keseluruhan pencapaian kinerja pemerintah daerah Kabupaten Agam dalam
mewujudkan pembangunan kesehatan lebih baik dibandingkan dengan Kabupaten Lima
Puluh Kota. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor diantaranya, jumlah anggaran
belanja daerah Agam ksususnya untuk
urusan kesehatan lebih tinggi dibandingkan Lima Puluh Kota, jumlah tenaga
kesehatan lebih banyak, jumlah sarana dan prasarana lebih banyak dan lebih
memadai serta tingginya kesadaran masyarakat Agam akan pentingnya kesehatan
terutama dalam meningkatkan produktifitas dalam menunjang pembangunan ekonomi
daerah.
5.2.
Saran
Setelah
melakukan proyeksi untuk masa yang akan datang serta mengetahui masalah-masalah
yang terjadi maka diharapkan kepada masing-masing daerah untuk dapat menetapkan
kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan daerah. Untuk Kaupaten Lima Puluh Kota diharapkan
dapat meningkatkan APBD khususnya dibidang kesehatan sehingga setiap program
yang akan ditetapkan dapat berjalan secara optimal sehingga dapat meningkatkan
mutu pelayanan dasar umum bidang kesehatan pada masa yang akan datang melalui
empat indikator diatas. Sedangkan untuk Kabupaten Agam diharapkan dapat
menerapkan kebijakan yang dapat menurunkan jumlah angka kematian ibu melahirkan
misalnya dengan menggiatkan program posyandu, meningkatkan anggaran,
meningkatkan jumlah tenaga kesehatan yang profesional dibidangnya.
DAFTAR PUSTAKA
Badan
Pusat Statistik.(2010).Lima Puluh Kota
Dalam Angka.Sarilamak.
Badan
Pusat Statistik.(2014).Lima Puluh Kota
Dalam Angka.Sarilamak.
Badan
Pusat Statistik.(2015).Lima Puluh Kota
Dalam Angka.Sarilamak.
Badan
Pusat Statistik.(2010).Agam Dalam Angka.Lubuk
Basung.
Badan
Pusat Statistik.(2015).Agam Dalam Angka.Lubuk
Basung.
Jhingan,M.L.(2012).Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan.Raja Grafindo Persada: Depok.
Sukirno, Sadono.(2000).Pengantar Teori Makroekonomi.Jakarta :
Raja Grafindo Persada.
Pratowo,Nur.Isa.(2010).Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Indeks Pembangunan Manusia.Jurnal : Surakarta.
Setiawan dan Hakim.(2011).Indeks Pembangunan Manusia.Jurnal.
Universitas Islam Indonesia.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah.(2010-2015).Kabupaten
Lima Puluh Kota.
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah.(2010-2015).Kabupaten Agam.
www.djpk.ri.go.id. Diakses pada tanggal 05
April 2016.
www.kemenkeu.go.id. Diakses pada tanggal
05 April 2016.
Komentar
Posting Komentar